Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik
perhatian, karena sifat-sifat khas dan peranannya yang menentukan dalam
kehidupan dengan lingkungan orang-orang dewasa. Setiap
orang setelah mengalami masa anak-anak dan menghadapi masa remaja akan
mengalami masa peralihan yang waktunya sangat singkat (Djamali, 1984:50) Masa peralihan ini adalah masa kritis (berbahaya), disebut juga fase
negative dan acuh tak acuh pada keadaan lingkungannya.
Kenakalan remaja sebagaian besar merupakan suatu protes
terhadap kenyataan yang ada, seperti kurangnya belaian kasih sayang dari orang
tua, lingkungan sekitar karena merasa terlantar dan dimusuhi kemudian didukung
dengan banyaknya tayangan televisi baik sinetron yang kurang mendidik maupun
iklan dan acara televisi lainnya yang kurang bisa dipahami dengan bijak oleh
para remaja.
Kenakalan remaja lebih mencerminkan
tempat dan lingkungan rumah, walaupun
lingkungan di luar rumah juga mempunyai pengaruh dalam pembentukan identitas
para remaja. Orang tua sering lupa diri, dengan melakukan kesibukan di luar
rumah. Sementara anak-anak yang memerlukan perhatian, pendidikan dan belaian
kasih sayang terlupakan, anak-anak mencari jalan sendiri-sendiri tanpa arah dan
bimbingan. Pendidikan anak-anak tidak utuh, mereka hanya kenyang belaian
material seperti uang, kendaraan dan fasilitas lainnya tetapi miskin terhadap
belaian kasih sayang.
Di Indonesia, kenakalan remaja
saat ini sudah sangat memprihatinkan, bahkan di lingkungan pendidikan yang
statusnya sebagai pelajar tindakannya sudah mulai menyimpang dari peraturan,
mulai dari meniru gaya gaul yang belum tentu betul, keras kepala, tidak patuh
terhadap orang tua dan guru, membolos sekolah, tidak mau belajar, suka
berkelahi, kurang sopan, cara berpakaian yang tidak benar, merokok,
minum-minuman keras, bahkan sudah sampai terlibat narkoba, seks bebas dan
lain-lain.
Pelajar atau remaja sebagai bagian
dari masyarakat, bangsa dan Negara adalah sumber potensial dari suatu Negara,
mereka turut bertanggung jawab atas berhasil tidaknya pembangunan yang sedang
berlangsung.
Sebenarnya yang menyebabkan kenakalan remaja adalah
karena jiwa tertekan, disebabkan salahnya pendekatan orang tua, pendidikan
di sekolah dan pengaruh lingkungan. Maka peranan orang tua, guru dan pemerintah
merupakan faktor yang dominan di dalam pembinaan remaja sebagai tulang punggung
bangsa.
Pendidikan berawal dari rumah,
maka pembinaanpun berawal dari rumah, terutama pendidikan agama, kesusilaan,
kesopanan dan budi pekerti luhur.
Sesuai
dengan keadaan dewasa ini, sekolah sebagai tempat pendidikan dan dapat pula
menjadi sumber konflik di antara remaja. Penegakan disiplin, ketertiban,
kesopanan, kesusilaan, pengawasan diperketat dengan lebih bersifat edukatif dan
persuasive. Kesamaan pandang dan langkah antara guru dan segenap civitas
akademika mempengaruhi keberhasilan pembinaan moral siswa di sekolah dengan
tidak mengeyampingkan peran orang tua. Keaktifan guru yang mengajar adalah
juga merupakan salah satu faktor yang bisa mengatasi kenakalan remaja. Di
samping itu program bimbingan dan konseling di sekolah juga mempunyai peranan
dalam penyelesaian masalah kenakalan remaja di sekolah, ditambah lagi dengan
adanya keterpaduan antara proses pengajaran dengan proses bimbingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar